TRIBUN-MEDAN.com - Seorang mahasiswi berusia 19 tahun di Ohio, Amerika Serikat, dinyatakan bersalah atas pembunuhan ibunya sendiri.

Gadis bernama Sydney Powell itu memukul ibunya, Brenda Powell (50), dengan wajan besi dan menikamnya sebanyak 23 kali di rumah mereka di Akron.

Dikutip dari Dailystar.co.ik Jumat (13/6/20250, Brenda Powell dikenal sebagai tenaga profesional yang berdedikasi.

Ia telah bekerja selama 28 tahun sebagai spesialis anak di Rumah Sakit Anak Akron. Selain karier yang cemerlang, Brenda juga dikenal sebagai ibu dan istri yang penuh kasih.

Saat kejadian, ia tengah berusaha mencari tahu kebenaran soal status akademik anaknya setelah mendapat laporan bahwa Sydney telah diskors dari University of Mount Union sejak Desember 2019.

Sydney, mantan kapten tim sepak bola sekolah menengah dan penerima beasiswa sebagian, tidak memberi tahu keluarganya bahwa ia gagal dalam tiga dari empat mata kuliah dan telah diminta meninggalkan asrama kampus.

Selama tiga bulan, ia tinggal di hotel dan berpura-pura masih aktif sebagai mahasiswa.

Kecurigaan muncul ketika ayahnya, Steven Powell, tidak dapat mengakses sistem pembayaran biaya kuliah.

Saat Brenda mencoba mengonfirmasi informasi itu langsung ke pihak universitas, dua staf kampus yang sedang berbicara dengannya melalui telepon mendengar suara benturan keras dan jeritan, sebelum panggilan terputus.

Seseorang yang mengaku sebagai Brenda sempat menjawab panggilan balik, namun segera menutup telepon.

Pihak kampus segera menghubungi kepolisian untuk pemeriksaan keselamatan.

Polisi yang datang ke lokasi menemukan Sydney dalam kondisi berantakan di halaman rumah.

Di dalam, mereka menemukan Brenda dalam kondisi kritis akibat luka berat di kepala dan leher. Ia segera dilarikan ke rumah sakit namun nyawanya tidak tertolong.

Penyelidikan mengungkap bahwa tidak ada tanda-tanda pelaku lain di tempat kejadian.

Polisi menyimpulkan bahwa Sydney memukul ibunya dengan wajan besi dan kemudian menikamnya dalam serangan berdurasi sekitar tiga setengah menit.

Ia kemudian memecahkan jendela rumah untuk membuat seolah-olah terjadi perampokan.

Sydney awalnya dibebaskan dengan jaminan sebesar 25.000 poundsterling dan tinggal bersama neneknya sambil menjalani perawatan kesehatan mental.

Keluarga, termasuk ayah dan neneknya, berharap kasus ini tidak dibawa ke pengadilan, dengan alasan Sydney mengalami gangguan mental dan membutuhkan bantuan, bukan hukuman pidana.

Namun, jaksa tetap melanjutkan proses hukum. Pada September 2023, Pengadilan Summit County memutuskan Sydney Powell bersalah atas dua dakwaan pembunuhan, satu dakwaan penyerangan berat, dan satu dakwaan menghilangkan barang bukti.

Ia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup, dengan kemungkinan pembebasan bersyarat setelah 15 tahun.

Dalam persidangan, tim pembela menyatakan Sydney mengalami episode psikosis akibat tekanan mental saat dipecat dari universitas dan harus menyembunyikannya dari keluarga.

Ia didiagnosis menderita skizofrenia. Namun, para ahli dari pihak jaksa menyebut bahwa meskipun Powell mengalami gangguan mental, ia masih sadar dan tidak dalam kondisi psikosis saat melakukan pembunuhan.

Sydney Powell saat ini tengah mempersiapkan upaya banding atas vonis tersebut, dengan dukungan dari keluarganya.

(cr31/tribun-medan.com)

Berita viral lainnya di Tribun Medan

Contact to : xlf550402@gmail.com


Privacy Agreement

Copyright © boyuanhulian 2020 - 2023. All Right Reserved.